1. KRONOLOGI
PENYANDRAAN
Kronologi
pembajakan terjadi bermula saat 10 WNI
yang berada di tungboat tengah membawa Tongkang. "Tongkang kalau muatan
7.000 metric ton itu kan lambat sekali paling (kecepatannya) 4 knots,"
tuturnya.
Akibat lambatnya membawa tongkang yang bisa menempuh jarak hingga 20 hari atau bahkan sebulan, di situ para pembajak melakukan aksinya. "Infonya itu mereka waktu mau lurus dicegat dari sebelah kanan," pungkasnya.
Berikut ini nama dan identitas lengkap
10 WNI yang ditawan kelompok Abu Sayyaf tersebut:
1. Peter Tonsen Barahama, kelahiran
8 November 1985, asal Batu Aji Batam.
2. Julian Philip, kelahiran 27 Juni 1966 asal Minahasa.
3. Alvian Elvis Peti, kelahiran 11 Agustus 1983, asal Tanjung Priok Jakarta.
4. Mahmud, kelahiran 12 Juni 1984, asal Banjarmasin Kalimantan Selatan.
5. Surian Syah, kelahiran 27 Agustus 1982 asal Kendari Sulawesi Tenggara.
6. Surianto, kelahiran 21 Agustus 1985, asal Gilireng Wajo Sulawesi Selatan.
7. Wawan Saputra, kelahiran 30 Desember 1993, asal Palopo Sulawesi Selatan.
8. Bayu Oktavianto, kelahiran 16 Oktober 1993, asal Klaten Jawa Tengah.
2. Julian Philip, kelahiran 27 Juni 1966 asal Minahasa.
3. Alvian Elvis Peti, kelahiran 11 Agustus 1983, asal Tanjung Priok Jakarta.
4. Mahmud, kelahiran 12 Juni 1984, asal Banjarmasin Kalimantan Selatan.
5. Surian Syah, kelahiran 27 Agustus 1982 asal Kendari Sulawesi Tenggara.
6. Surianto, kelahiran 21 Agustus 1985, asal Gilireng Wajo Sulawesi Selatan.
7. Wawan Saputra, kelahiran 30 Desember 1993, asal Palopo Sulawesi Selatan.
8. Bayu Oktavianto, kelahiran 16 Oktober 1993, asal Klaten Jawa Tengah.
26 Maret 2016
Dua kapal Asal Negara Indonesia dibajak oleh kelompok Abu Sayyaf saat sedang berlayar dari Sungai Puting, Kalimantan Selatan menuju ke Batangas, Filipina selatan. Dua kapal yang dibajak itu adalah kapal Brahma 12 dan kapal tongkang Anand 12 yang membawa 10 orang awak kapal berkewarganegaraan Indonesia.
29 Maret 2016
Presiden Joko Widodo telah
memerintahkan Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) Jenderal Badrodin
Haiti dan Panglima TNI Gatot Nurmantyo untuk melacak jejak para penyandera dan
ke-10 WNI tersebut. TNI juga telah menyiapkan pasukan terbaik mereka untuk
terjun ke lokasi setiap saat
Dari sumber merdeka.com, Selasa (29/3), ada tiga pasukan elite yang diterjunkan untuk membebaskan para sandera. Mereka merupakan pasukan terbaik dengan anggota yang benar-benar memiliki kemampuan khusus dan terbaik dari yang terbaik.
7 April 2016
Sejumlah laporan menyebutkan para
penculik meminta uang tebusan sebesar 50 juta peso atau sekitar Rp15 miliar,
dengan batas waktu Jumat
8 April 2016
Sehari menjelang tenggat waktu
pembayaran uang tebusan yang dituntut oleh kelompok penculik, nasib 10 warga
Indonesia yang menjadi korban penculikan di wilayah Filipina selatan masih
belum jelas.
Walaupun pemerintah Indonesia mengaku
terus melakukan koordinasi dengan pemerintah Filipina untuk membebaskan
sandera, keluarga korban penculikan mengaku cemas terhadap keselamatan mereka.
10 April 2016
18 Prajurit Filipina tewas dalam operasi pembebasan sandera di Pulau Jolo, Basilan. Mereka tiba-tiba disergap saat dalam perjalanan menuju medan pertempuran. Meski begitu, lima militan berhasil ditembak mati.
12 April 2016
Terpukul mundurnya tentara Filipina dalam operasi awal penyelamatan sandera dari tangan Abu Sayyaf akhir pekan lalu tidak melemahkan moral prajurit. Militer Filipina justru kembali menggelar operasi penyergapan lanjutan selama 10 jam pada hari berikutnya sepanjang Minggu (10/4) malam hingga Senin (11/4) dini hari, di lokasi yang sama, menurut keterangan juru bicara Angkatan Bersenjata Filipina (AFP). Berkat operasi lanjutan itu, dipastikan 13 militan tewas.
15 April 2016
Pukul 18.31 telah kapal berbendera Indonesia, yaitu kapal tunda TB Henry dan Kapal Tongkang Cristi di perairan perbatasan Malaysia-Filipina kembali dibajak. Kapal tersebut dalam perjalanan kembali dari Cebu, Filipina menuju Tarakan. Kapal membawa 10 orang ABK WNI.
Dalam pembajakan kali ini, seorang ABK tertembak. Sementara itu, lima orang berhasil selamat, sedangkan empat lainnya diculik oleh kelompok tersebut.
26 April 2016
Militan Abu Sayyaf menepati ancaman yang mereka sebar sejak pekan lalu untuk mulai mengeksekusi tiga sandera asing dan satu tawanan asli Filipina. Korban pertama adalah John Ridsdel (68) asal Kanada. Tentara Filipina menemukan kepala pria ini di salah satu pulau kosong kawasan Jolo. Penemuan itu terjadi lima jam setelah tenggat pembayaran tebusan lewat.
29 April 2016
Militer Filipina mengerahkan pesawat tempur membombardir titik-titik diduga markas militan Abu Sayyaf di pedalaman Pulau Jolo, Provinsi Sulu. Salah satu sandera asal Malaysia, Wong Teck Chi, menghubungi orang tuanya lewat sambungan telepon tiga hari lalu. Dia mengaku dipaksa lari berpindah-pindah tempat nyaris setiap beberapa jam sekali oleh para penculiknya.
Militer Filipina mulai menggempur Pulau Jolo melalui udara sejak dua pekan terakhir. "Kami khawatir, anak saya bercerita bahwa sikap para penculik sekarang semakin beringas setelah serangan udara kian intensif," kata Wong Chie Ming, orang tua Tek Chi, yang tinggal di Kota Sibu, Serawak, Malaysia.
Brigadir Jenderal Alan Arrojado yang selama delapan bulan terakhir memimpin Brigade 501 Provinsi Sulu dicopot. Dia digantikan oleh Kolonel Jose Faustino selepas satu sandera asal Kanada dipenggal oleh militan Abu Sayyaf di Pulau Jolo.
Philippine Star melaporkan, Kamis
(29/4), Arrojado kabarnya bersitegang melawan atasannya, Mayor Jenderal
Gerrardo Barrientos. Mereka adu pendapat soal strategi menekan militan, terkait
operasi pembebasan para sandera.
1 Mei 2016
10 ABK Warga Negara Indonesia telah dibebaskan oleh kelompok militan Abu Sayyaf di daerah Sulu pada Minggu siang hari ini. Polisi wilayah Provinsi Sulu, Wilfredo Cayat mengonfirmasi perihal pembebasan ini.
2. STRATEGI
NEGARA MENANGANI PENYANDRAAN ABU SAYAF
A.
STRATEGI POLITIK
Pemerintah utamakan dialog buat bebaskan 10 WNI disandera
Abu Sayyaf
Merdeka.com - Presiden Joko Widodo menegaskan pemerintah
berkomitmen penuh untuk membebaskan 10 awak kapal asal Indonesia yang disandera
oleh kelompok garis keras Abu Sayyaf di Filipina. Untuk membebaskan 10 WNI itu,
opsi dialog akan dikedepankan oleh pemerintah Indonesia.
"Kita sudah mengutus secara khusus Menteri Luar Negeri untuk berbicara dengan pemrintah Filipina dan kita harus tahu itu kejadiannya ada di wilayah Filipina sehingga kita tidak bisa masuk seenaknya. Gak bisa."
TEMPO.CO, Jakarta -
Wakil Presiden Jusuf Kalla menegaskan bahwa pemerintah berpegang pada prinsip
tidak ditekan dalam kasus penyanderaan 10 warga negara Indonesia oleh kelompok
Abu Sayyaf. Pernyataan ini diungkapkan Kalla terkait dengan batas waktu yang
diberikan kelompok ekstremis itu untuk memenuhi tuntutan mereka hingga 8 April
2016.
"Pemerintah berpegang pada prinsip-prinsip untuk tidak
ditekan atau diancam seperti itu," kata Kalla, Kamis, 7 April 2016, di
kantor Wakil Presiden, Jakarta. Dia menambahkan, pemerintah tetap mendahulukan
negosiasi secara kemanusiaan untuk membebaskan para sandera.
Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk membebaskan sandera yang merupakan anak buah kapal Brahma 12. Upaya itu termasuk menjalin koordinasi dan berkomunikasi dengan pemerintah Filipina. Kalla menyatakan keyakinannya bahwa mereka sudah bekerja dengan baik untuk membebaskan sandera. "Kita tunggu saja hasilnya," ujarnya.
Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk membebaskan sandera yang merupakan anak buah kapal Brahma 12. Upaya itu termasuk menjalin koordinasi dan berkomunikasi dengan pemerintah Filipina. Kalla menyatakan keyakinannya bahwa mereka sudah bekerja dengan baik untuk membebaskan sandera. "Kita tunggu saja hasilnya," ujarnya.
Selain negosiasi secara kemanusiaan, pihak militer Indonesia
sebenarnya siap melakukan operasi pembebasan sandera. Namun pemerintah Filipina
tidak mengizinkan TNI masuk ke wilayah mereka. Di sisi lain, tenggat semakin
mepet.
Ihwal sikap pemerintah Filipina tersebut, Kalla menyatakan, hal itu karena
upaya membebaskan sandera dilakukan dengan mendahulukan dialog. "Di
mana-mana penyelesaian sandera begitu. Melihat apa kemungkinan baiknya,"
tuturnya.
Sebelumnya, Kepala Divisi Humas
Mabes Polri Inspektur Jenderal Anton Charliyan menyatakan Polri tengah menunggu
keputusan otoritas Filipina terkait dengan pembebasan sepuluh WNI yang
disandera kelompok militan Abu Sayyaf. Pemerintah Indonesia diminta menunggu
hingga 8 April 2016 untuk bernegosiasi.
"Saat ini memang pihak
Kementerian Luar Negeri masih melakukan negosiasi dengan Filipina, apakah nanti
cukup pasukan dari Filipina atau harus didatangkan dari Indonesia," kata
Anton kepada Tempo setelah menjadi pemateri di Hotel Arya
Duta, Makassar, Senin, 4 April 2016.
B.
STRATEGI TNI
Liputan6.com, Padang - Pasukan elite Angkatan Laut Detasemen Jalamengkara
(Denjaka) dan kapal perang disiapkan
untuk membebaskan 10 WNI awak kapal Brahma 12 yang disandera kelompok Abu Sayyaf di
Filipina.
Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Ade Supandi mengatakan, jajarannya menerima komando dari Panglima TNI untuk menyiapkan kapal.
"(Denjaka) Ada. Kegiatan ini sudah direncanakan Mabes TNI. Kami mengikuti instruksi Panglima TNI," kata Ade Supandi di Padang, Rabu 30 Maret 2016.
Menurut dia, strategi pembebasan sandera sudah
disiapkan Panglima TNI. Strategi ini
dikoordinasikan dengan Menteri Luar Negeri dan Kepolisian. Angkatan Laut, ujar
dia, siap melibatkan prajurit terbaiknya untuk mendukung misi tersebut.
"KSAL hanya menyiapkan kapal,
strateginya dari Panglima TNI," kata Ade.
Operasi pembebasan 10 WNI yang
disandera kelompok Abu Sayyaf, lanjut dia, tidak akan jauh berbeda seperti
operasi pembebasan kapal berbendera Indonesia di Somalia. Pada operasi kali
ini, TNI harus berkoordinasi dengan pemerintah negara di mana kapal Brahma 12
dirompak, Filipina.
Sebanyak 10 awak kapal Brahma 12 yang mengangkut batu bara dibajak kelompok Abu Sayyaf di perairan Filipina, Sabtu 26 Maret 2016. Pembajak meminta tebusan sekitar Rp 14 miliar untuk membebaskan seluruh awak kapal. Menurut informasi keluarga awak kapal, korban pembajakan dalam keadaan sehat.
Sebanyak 10 awak kapal Brahma 12 yang mengangkut batu bara dibajak kelompok Abu Sayyaf di perairan Filipina, Sabtu 26 Maret 2016. Pembajak meminta tebusan sekitar Rp 14 miliar untuk membebaskan seluruh awak kapal. Menurut informasi keluarga awak kapal, korban pembajakan dalam keadaan sehat.
3. KOMENTAR SAYA
Adanya
Pristiwa tentang Penyanderaan WNI oleh Abu sayaf itu, adalah suatu Pelajaran dan
Contoh Baik yang sangat berharga bagi pemerintahan Indonesia.
karena Menurut saya Akibat di Sandra nya 10
WNI itu di sebabkan oleh Kelalaian tentang keamanan Pemerintahan nya, Baik
Pemerintahan dari Filipina Maupun Indonesia, tapi yang mesti nya lebih di
perketat Keamanan nya itu dari
Pemerintahan Negara Filipina sebenernya sih. -_-
Coba dah kalo di perketat lagi dari segi
keamanan nya gak bakalan si Abu bisa berkeliaran di lautan. !
Oleh
karena itu agar kasus seperti ini tidak terjadi kembali perlu ada perhatian
khusus dari pemerintah serta kerjasama antara TNI dan POLRI untuk memperketat
penjagaan di wilayah-wilayah perbatasan Indonesia dan Saling Bekerja sama Anatar
Negara !
Dan
khusus nya untuk Negara Filipina, Mohon di Perketat lagi ya Pak, kasih Sembako
Gratis tiap bulan kaya nya tuh solusi terbaik, biar gak ada lagi Generasi penerus
Abu Sayap, yang entah kelaparan menyandra Orang dan meminta Uang buat jajan.
4.
REFERENSI